Langsung ke konten utama

Bising Dan Bau, Rumah Pemotongan Ayam Ini Meresahkan Warga

Ragam Indonesia News 12 November 2021

Masyarakat kampung Cisasawi, khususnya wilayah, RT 03 RW 06, Kecamatan Parongpong resah dengan keberadaan rumah pemotongan ayam. Pasalnya, Semenjak keberadaan perusahaan Pemotongan yang sudah berjalan selama satu tahun setengah itu menyebabkan bau tidak sedap dan menimbulkan suara bising yang disinyalir dari mesin pencabut bulu. 

Warga pun meminta pihak terkait, untuk segera bertindak terhadap perusahaan pemotongan tersebut sebelum menimbulkan penyakit bagi warga sekitar. 

Dikonfirmasi, warga setempat mengatakan, jika pihak warga belum lama ini sudah melangsungkan forum rempug berkenaan keresahan warga. Hanya saja, hasil dari pertemuan itu tidak memuaskan masyarakat. 

"Yang menjadi soal, letaknya berdekatan dengan permukiman warga. Sehingga limbah dari kotoran ayamnya itu bau sekali, ditambah bisingnya sangat terasa," ungkapnya, Jum'at (12/11/2021).

Rumah pemotongan ayam ini, kata dia sudah beroperasi selama setahun setengah dan selama itu warga merasa resah dengan dampak negatif yang dihasilkan. Ia menyebut, selama ini warga memendam masalah itu, entah harus bagaimana lagi karena berbagai upaya telah ditempuh seperti sudah melayangkan laporan pengaduan.

"Baunya itu yang bikin kami resah. Seharusnya pihak perusahaan memikirkan. Pernah saking kesal, saya lempar gerbangnya," tutur dia.

Dikatakannya lagi, warga meminta agar perusahaan dapat menuruti kehendak warga yakni perusahaan memiliki alat sterilisasi agar tidak bau dan mengurangi kebisingan atau kalau tidak dipindah ke tempat yang jauh dari permukiman.

"Mereka mulai beroperasinya dari jam sembilan malam sampai pagi. Harapannya, kalau begitu terus, dihentikan saja daripada menimbulkan keluhan masyarakat," harapnya.

Warga lainnya, menambahkan, jarak antara pemotongan ayam dengan rumah pemukiman warga hanya kurang dari 100 meter. Terlebih saat ini musim penghujan, sehingga bau yang dihasilkan semakin terasa.

"Tuntutannya hanya itu, tidak ada yang lain karena memang meresahkan warga, khususnya bising dan bau," pungkasnya.

(YT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh Sunda Gelar Sawala Luhung, Soroti Gaya Kepemimpinan Dedi Mulyadi sebagai 'Maung Sagara'

GARUT, 2 Juni 2025 – Para tokoh Sunda, termasuk Abah Kian Santang Majalaya (Ketua Padepokan Ngaji Diri Ngaji Rasa) dan Asep Sabda (Ketua Yayasan Sentral Kebudayaan Daerah SABDA) dari Garut, berencana menggelar Musyawarah Besar (Sawala Luhung) pada Mei 2025. Pertemuan ini akan fokus membahas fenomena kepemimpinan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang kerap menuai kontroversi, mulai dari penutupan tempat wisata yang dianggap melanggar tata ruang hingga penggunaan barak TNI untuk mendidik anak-anak bermasalah. Dalam keterangan pers, Asep Sabda mengungkapkan bahwa musyawarah ini akan mengkaji secara mendalam sosok Dedi Mulyadi yang digambarkan sebagai "Maung Sagara". Istilah ini merupakan kiasan yang menggabungkan simbol "Maung" (Harimau) yang melambangkan wibawa, keberanian, kekuatan, kekuasaan, dan mistik, dengan "Sagara" (Lautan/Samudra Luas) yang merepresentasikan kedalaman, ketidakterbendungan, dan misteri. "Kang Dedi Mulyadi adalah Maung Sagara. B...

Hibah PATAKA Kerajaan Pajajaran kepada Kang Dedi Mulyadi, Simbol Kebangkitan Sunda

Bogor, 14 Juni 2025 – Sebuah peristiwa bersejarah terjadi hari ini di Batu Tulis, Bogor, dengan disepakatinya hibah PATAKA (Bendera Perang) Kerajaan Pajajaran kepada Kang Dedi Mulyadi, yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Kesepakatan ini dicapai dalam sebuah Sawala Adat yang diprakarsai oleh Yayasan Sentral Kebudayaan Daerah SABDA, yang diketuai oleh Saudara Asep Sabda, dan Aliansi Komunitas Budaya Jawa Barat, yang diketuai oleh Abah Iman. Acara Sawala Adat ini turut dihadiri oleh perwakilan dari Padepokan Aji Diri Aji Rasa Majalaya, Kabupaten Bandung, yaitu Aang Sancang dan Abah Mahpudin, serta Tokoh Adat Ci Mande Bogor, H. Asep Ci Mande. Pusaka dan PATAKA yang dihibahkan ini merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sunda dan Kerajaan Pajajaran, yang berlokasi di Batu Tulis, Kota Bogor. Yang paling menarik perhatian adalah kehadiran PATAKA atau bendera perang dari masa Kerajaan Sunda dan Pajajaran, yang dalam bahasa Sunda diistilahkan sebagai "Muka Tutungkusan...

Kontes Ayam Hias Semarakkan Lapangan Pemkot Cimahi, Dorong Potensi Ekonomi Kerakyatan

Cimahi, 14 Juni 2025 – Ratusan penggemar ayam hias memadati Lapangan Pemkot Cimahi hari ini untuk mengikuti Kontes Ayam Hias Piala Walikota Cimahi. Acara ini secara resmi dibuka oleh Assisten III, Harjono, yang mewakili Walikota Cimahi. Turut hadir dalam pembukaan Kepala Dinas Pangan Pertanian yang di wakili, serta Camat Cimahi Utara, Ruly. Dalam sambutannya, Harjono menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Walikota Cimahi karena kesibukan lain. Ia menyambut baik kegiatan ini dan berharap kontes ayam hias dapat terus berkembang serta semakin memajukan dunia ayam hias di Cimahi dan sekitarnya. "Alhamdulillah, Cimahi hari ini di tengah berbagai kegiatan, salah satunya dimeriahkan dengan kontes ayam," ujar Harjono saat membuka acara. Harjono menjelaskan bahwa kontes ini tidak hanya mempertandingkan ayam hias, tetapi juga beberapa jenis ayam lain seperti ayam Pelung. Ia juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Kepala Dinas Provinsi serta para sponsor dari Pokn...