Bandung, Jawa Barat – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan setelah kasus keracunan massal menimpa ribuan siswa di Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengidentifikasi tiga poin utama yang menjadi penyebab masalah tersebut dan mendesak adanya evaluasi menyeluruh.
Menurut Gubernur Dedi Mulyadi, tiga hal yang perlu diperbaiki adalah:
* Ketidakseimbangan Kapasitas Dapur: Jumlah siswa yang harus dilayani jauh melebihi kapasitas dapur yang ada, mengakibatkan proses memasak dan pengolahan tidak maksimal.
* Jarak Pengiriman yang Jauh: Jarak antara dapur penyedia makanan dan sekolah yang terlalu jauh dapat memengaruhi kualitas makanan dan mempercepat proses pembusukan.
* Waktu Memasak yang Tidak Tepat: Banyak penyelenggara yang memasak makanan pada malam hari, namun baru membagikannya pada siang hari. Perbedaan waktu yang terlalu lama ini membuat makanan tidak layak dikonsumsi dan berisiko menyebabkan keracunan.
Meskipun kasus keracunan ini tidak menimbulkan korban jiwa, dampak traumatis yang dirasakan oleh para siswa menjadi perhatian serius. Banyak siswa yang kini enggan mengonsumsi makanan dari program ini, yang pada akhirnya mengganggu tujuan awal program untuk meningkatkan gizi anak-anak.
Hingga 25 September 2025, tercatat lebih dari 6.400 kasus keracunan massal yang berkaitan dengan program MBG di 18 provinsi. Meskipun demikian, pemerintah pusat, melalui Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar dan Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro, menegaskan tidak ada rencana untuk menghentikan program tersebut. Mereka berkomitmen untuk melakukan perbaikan dan pengawasan agar masalah serupa tidak terulang di masa mendatang.
AS