Ketika Cisarua Membuka ‘Jendela Data’: Ikhtiar Baru Menuju Layanan Publik yang Lebih Manusiawi

Bandung Barat, 25 November 2025 – Di tengah sejuknya kabut pagi khas pegunungan, sebuah pertemuan penting digelar di Villa Air Natural Resort, Cisarua. Forum Konsultasi Publik dan Sosialisasi One District Innovation 2025 menjadi saksi lahirnya sebuah terobosan yang disebut "Jendela Data Kecamatan Cisarua," yang digadang-gadang sebagai fondasi baru menuju pelayanan publik yang lebih akurat dan manusiawi.

Pertemuan yang dihadiri oleh para kepala desa, petugas puskesmas, dan perwakilan masyarakat ini dibuka dengan pengakuan jujur dari Plt. Camat Cisarua, H. Herman Permadi, A.P.

“Nilai Survei Kepuasan Masyarakat kita 4,16. Hasil ini objektif, dilakukan langsung oleh KemenPAN-RB. Dan ini menjadi bahan kami untuk berbenah,” ujar Herman dengan nada tenang namun tegas. Pengakuan ini menciptakan suasana di mana pemerintah dan masyarakat saling menatap setara, menjadikan forum tersebut bukan sebagai ruang pembenaran, melainkan ruang untuk mendengar dan berbenah.

Mengakui Kelemahan, Merancang Solusi

Herman secara terbuka membeberkan tiga pekerjaan rumah utama yang harus segera diselesaikan: kapasitas petugas, ketersediaan fasilitas, dan kurangnya informasi pelayanan. Ia bahkan mengakui bahwa penyampaian informasi melalui media digital masih belum maksimal.

Namun, titik cerah muncul seiring dipaparkannya inovasi utama: Jendela Data Kecamatan Cisarua. Herman menyebut sistem ini sebagai “fondasi kebijakan berbasis data.”

Di layar, peserta disuguhkan dashboard yang menampilkan data strategis secara terintegrasi dan rapi, mulai dari grafik stunting, peta kemiskinan ekstrem, dashboard UHC (Universal Health Coverage), hingga data ibu hamil risiko tinggi. Yang terpenting, data ini didesain untuk bisa diakses oleh publik.

“Dengan data yang jelas, intervensi akan tepat sasaran,” jelas salah satu narasumber saat menyoroti fitur data stunting.

Menjaga Integritas Data dengan Prinsip Check and Balance

Sistem Jendela Data ini menempatkan desa sebagai ujung tombak dalam penginputan data. Data tersebut kemudian diverifikasi oleh pihak kecamatan sebelum akhirnya dipublikasikan. Prinsip check and balance ini menjadi bukti keseriusan pemerintah kecamatan dalam menjaga akurasi dan integritas data yang disajikan kepada publik.

Di balik kecanggihan teknisnya, Camat Herman menegaskan bahwa inovasi ini memiliki misi yang lebih lembut: niat untuk memahami manusia, bukan sekadar memproses angka.

“Kita jangan hanya memberi pelayanan. Kita harus tahu apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat,” pungkas Herman dengan nada yang lebih pelan namun sangat mengena.

Forum ditutup dengan diskusi hangat, menandakan tingginya antusiasme. Para perangkat desa menyampaikan masukan, petugas kesehatan mengutarakan kebutuhan data, dan kelompok pemuda bahkan menawarkan kolaborasi informasi.

Hari itu, Cisarua bukan hanya membahas efisiensi pelayanan publik. Mereka sedang membuka sebuah jendela baru, jendela data yang bukan hanya menampilkan deretan angka, tetapi merefleksikan wajah-wajah dan kebutuhan riil warganya. Ini adalah langkah kecil yang signifikan menuju pembangunan yang lebih manusiawi dan berbasis kebutuhan masyarakat.

Asep Salman

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Android